Selamat Ulang Tahun, Sekolah Rumpin

Kamis, 17 April 2014

| | | 0 komentar
Selamat ulang tahun, Sekolah Kita!
Tanggal 13 April 2014 kemarin, SKR ultah kedua loh. Udah belajar jalan sekarang.

Adik-adiknya makin banyak, udah ada taman baca, kakak-kakaknya makin banyak, websitenya udah makin keren, sistemnya makin mapan, dan semoga...ke depannya SKR bisa lebih baik lagi, lebih, lebih, dan lebih. Semoga semua bahagia :))

Oya, konsep acara ulang tahun kedua ini super kerennnnn. Yang bikin kak Kitty, ga ngerti lagi dia kayaknya bukan manusia tapi dewi craft. Kalo kalian penasaran seberapa goddessnya dia, cek instagramnya aja @kitty_manu dan siap siap dibuat amaze sama segala bikinannya dia.
Ini nihhh, hasil konsepnya kak Kitty plus karya adik-adik kelas spesialis Prakarya

Adik-adik dapet bingkisan lucu-lucu nih masing masing :3

The decoration, and.....cupcakes! Ga kebayang ada ultah SKR begini di Rumpin

Cupcake = Smile

Syalalala dubidubidam wokokokok *speechles

Dannn inilah mereka para crafter SKR!

HAPPY BIRTHDAY

Rumpin!

| | | 1 komentar

Kenapa harus jauh-jauh ke Rumpin sih Lit?

                Hampir pasti deh kalo udah tanya mingguku habis ke mana dan ngapain, pertanyaan selanjutnya adalah ini. Yap, tiap dua minggu aku main-main sama adik-adik di Rumpin. Rumpin, yang kalo mau kesana berangkat dari UI jam 7 pagi, ke tanah abang dulu, ganti kereta ke cisauk, naik angkot, dan masih lanjut jalan kaki 1 km untuk mencapai rumah bu Neneng. Setelah selesai, dengan rute yang sama, aku bakal sampe kosan jam 4 sore. Jauh? Iya. Capek? Iya.

                Terus, kenapa harus Sekolah Rumpin? Alasan masuk awalku ga ada keren-kerennya. Cuma mau main sama anak-anak, tapi ga mau deket karena biar sekalian jalan-jalan. Yah tertarik sih sama nilai-nilai SKR tapi jujur awalnya ga sengerti itu. Jauh banget dibandingin sama kakak-kakak pengajar lain yang super keren, pemerhati pendidikan, dan segala keunikan mereka. Kayaknya kalo aku seleksi sekarang ga bakal diterima haha.

                Okelah, aku gabakal cerita jauh soal SKR itu sekolah yang semacam apa sih, kalau tertarik kalian bisa buka http://sekolahkitarumpin.com dan mengulik isinya. Intinya, SKR beda dengan komunitas pendidikan lain. Terutama, setelah semakin tahu juga sekolah lain seperti apa dan tentu saja membandingkan dengan SKR. Sistem di SKR itu kuat, ga bisa main-main kalo udah gabung di sini dan di jaga oleh orang yang kuat juga haha. Bahkan, meski bersifat volunteer, sekolah ini mewajibkan para pengajar membuat rencana materi ajar untuk satu tema dwibulanan serta mengisi laporan evaluasi setelah mengajar. Kayak guru beneran kan? :”

 Secara pribadi, hal yang paling disukai dari SKR adalah tema dwibulanan sih. Tema-tema SKR itu lebih kayak pelajaran kehidupan. Adik-adiknya di ajak mengenal sawah, kebun, pasar, agama, teknologi, dan lainnya. Ga rumit-rumit tapi justru ngajak mereka berpikir kritis. Terus adik-adiknya juga lovely. Kerasa banget waktu proyek KADO-Jambore Anak kemaren, adik-adik Rumpin pada bersikap manis, super sayang deh sama mereka.

Yah, malah cerita panjang. Padahal niatnya cuma mau share foto loh. Kebetulan pada suatu hari sodara dateng di saat aku ada jadwal ngajar di Rumpin. Jadilah mereka ikut ke Rumpin haha. Dan inilah hasil foto-fotonya!

Truk-truknya itu angkutin tanah loh buat bangun BSD



Iniii danau rumpin! Tiap ke Rumpin pasti lewat deh, kadang ada mr.buffalo juga yang lagi mandi
Bapak-Bapak truknya lagi istirahat
Kalo kanannya danau, jalan kirinya bisa liat sawah
Ati-ati, ada SUPER TRAP. Itu pupnya mr.buffalo mihihi

Setelah jalan tanah tadi, udah mau sampe rumah bu Neneng, yey
Terus mr.buffalonya lagi makan
Ini Rumpin
Waktu jalan pulang ketemu sama Kak Rara Sekar, vokalis Banda Neira aaaak. Kak Rara lagi bawa temen-temen Koperniknya maen ke Rumpin

Oke, Ini Photo of The Day banget. Makasih pakdhe difotoin dari belakang *alay
Ini cuma gambaran Rumpin sihhh, kalo foto-foto sekolahnya nanti tunggu post berikutnya :))
Sebab Setiap Tempat adalah Sekolah Kita

Sepulang dari Rumpin

Minggu, 02 Maret 2014

| | | 0 komentar
Sepulang dari Rumpin
Kereta Cisauk-Tanah Abang

Perutku sakit. Sakit. Sakit. Sakit. Kakak lain sudah terlelap dalam tidur siang mereka, dan Tuhan, menjaga sakit perut dalam posisi duduk tanpa menunjukkan ekspresi apapun rasanya hampir gila. Bahkan menahan sakit saat mengajar tadi tidak sefrustating ini. Tidak ada pilihan lain, aku harus turun di Tanah Abang. Turun di stasiun sebelumnya akan membuat jam pulangku mundur dua jam.

Aku coba berkonsentrasi pada sekelilingku. Membaca peta kereta, membaca larangan makan, membaca iklan mie sedap, menghitung bangku kosong, menghitung jumlah gantungan, mengomentari baju setiap penumpang. God, it doesn't work at all.


"Stasiun Pondok Ranji"

Sepertinya aku mulai membuat gerakan aneh atas akibat sakit perutku. Untungnya gerbong wanita ini cukup lengang dan masing-masing sibuk dengan gadget mereka. Sama, aku juga terlihat memegang tab dengan muka cukup serius. You don't say.

Ini bukan yang paling gila sebenarnya. Paling sakit ketika di Garut. Singkatnya, Aku dan Agnes 'harus' mengikuti penelitian dekanat, sebut saja Participatory Rural Assesment (PRA). PRA mengharuskan kita tiap akhir minggu tinggal di sana, membaur dengan warga, mengobrol, atau apapun dan itu mengharuskan kita seramah mungkin. Masalahnya, aku sakit gigi! Tanpa obat dan harus tersenyum mengobrol dengan orang-orang. It feels like dead

Di rumah pun ada Bu Sujanti dan Pak Jossy yang menunggu cerita. Akhirmya berakhir bahagia sih, mukaku mungkin sudah bertekuk tidak karuan sampai akhirnya aku dibelikan puyer sakit gigi di warung dan diberi air rebusan sirih. Tapi tetap saja, itu setelah semalam aku tidak bisa tidur dan dengan gila makan sesisir pisang.

Oh, ada lagi sih yang sakit. Waktu mau ke rumah Billal buat ambil foto buat bikin scrapbook. Jatuh dari motor, lututku sobek. Gabisa bilang sama orang rumah, ketahuan nanti aku bukannya kelas tambahan malah main ke rumah orang. Jadilah aku pulang dengan biasa aja. Act like nothing happen.

Masalahnya aku harus shalat dan sobek di lutut ini rasanya bikin selangkah deket sama akhirat. Gimana enggak, sujud tumpuannya di lutut. Dua kali tiap rakaat, belum dari duduk ke berdirinya. Tiap abis shalat aku terkapar sambil nangis-nangis. Hikmahnya, mama pikir aku berdoa sangat serius buat masuk kuliah.

Akhirnya ketahuan sih, gara-gara ujian praktek seni tari. Pake legging, dan leggingnya nempel di luka. Udah ga tahan lagi ga berani di tarik juga, eh kebetulan kamar dibuka. Ya sudah, udah ga perlu ditutupin, boleh pake celana pendek lagi, shalatnya sambil duduk. Dan yey sembuh.

"Stasiun Tanah Abang"

God, Thanks, Finally.... tinggal Tanah Abang-UI

Tak Teraba (2)

Sabtu, 01 Maret 2014

| | | 0 komentar
Ada yang berkata sajak adalah doa 
Meski yang dituju belum tentu
Ia mengalir dalam riak putaran waktu
dan kembali saat logika sudah tuli
memampatkan nafas yang terbuai
mencipta ironi yang berderu
seketika semua benderang
Terima kasih
Terima kasih telah menjadi yang Tak Teraba

Terima kasih pada rasa yang tak teraba
Tentang rindu yang selalu melambungkanku
Terima kasih pada kata yang tak terbata
Tentang rasa yang tak terungkap olehku olehmu
Meski telah sama-sama tahu maksud kita
Terima kasih pada sajak yang tak terbaca
Tentang kepingan kisah kronologi tentangmu
Meski sebenarnya kita tahu serpihan itu
Terima kasih pada suara yang parau
Yang tak mampu keluarkan sendu
Lantas kau dan aku membisu
Terselip akan rasa-rasa yang tak teraba dan terbata
Maka, usah kita panjang ini pilu
Karena aku sudah bertutur semua padamu
Dan memang seharusnya hanya kau dan aku yang tahu
Selasa, 7 September 2010 15.10